“Lift yang berada pada sebuah Mall di Jakarta
diduga memiliki kesan misterius”, dan diceritakan juga pada berita itu orang-orang
yang memiliki rasa penasaran tinggi kemudian membuktikkannya dan mendapat
pengalaman baru yang mungkin tidak masuk akal. Dan disinilah kami berada,
namaku Dita dan kebetulan yang bersamaku ini Sena sahabatku, yang menyebabkan
kami disini untuk memenuhi rasa penasarannya.
“Ta, ke lift yang dipojokan kiri itu yuk”. Tarik Sena menarik tanganku
“ lo fikir....tadi lo yang maksa gua buat kesini, buat Cuma cobain tuh lift” jawabku kesal dengan perilaku sahabatku
“dicobain?? Lu kata sepatu pake dicobain,,, jangan marah tar cepet tua lu”
“iya...iya ayok” ku setujui ajakkannya walau ada rasa takut tapi rasa penasaranku mengalahkan semuanya.
“ Tapi menurut berita katanya kejadian aneh mulai berawal pas kita udah sampai diatas??” tanyaku memastikan
“Gua dengaer sih juga gitu” sambung Sena menjawab pertanyaanku.
Obrolan kami terhenti dengan sampainya kami didepan lift itu.Satu anak tangga..deg..deg...dua anak tangga..deg..deg..deg...tiga anak tangga..deg..deg..deg..deg...Jantung mereka terus berdetak kencang dengan seiringnya mereka menaiki anak tangga lift yang kini tak pernah dioperasikan lagi.
“gua takut” Sena terus mencengkram tangan Dita yang tidak memperdulikan perkataan Sena dan memilih diam dan terus berjalan, walau keringat terus mengucur di tubuh mereka dan diselimuti dengan rasa takut, dengan rasa penasaran mereka memasuki tanpa ada perasaan curiga sedikitpun.
“Yah,,ternyata cuma gudang biasa..gak seru ah”Seruku lega, tapi mengapa tak ada jawaban dari Dita.
“Loh..Ta..Dita..Lu kemana? Jangan bercanda ah gk lucu tau!!!” Aku terus berteriak memanggil Dita.
Kuarahkan pandanganku pada pintu gudang, dan berlari kearahnya.
GUBRAK... Pintu gudang itu tertutup sendiri dan mengunci Sena sendirian disana. Rasa putus asa mulai menghantui dirinya dan ditambah dengan semua benda yang berada digudang mulai menghilang dan merubah menjadi gelap dan berwarna hitam bahkan lantai pun ikut berubah. Ketakutan terus melanda dirinya. Hiks...Hiks
“suara apa itu? Apa ada orang lain selain diriku??” Rasa penasaran membawaku mengikuti suara itu dan fikirannnya mulai tenang. Aku berjalan terus menerus mengikuti suara itu,kini terdengar lebih keras dan jelas. Ku lihat ada pintu disana dan membukanya, saat masuk pintu itu mengunciku seperti pertama tadi. Walau takut!!! Rasa lega mulai merambat di hatiku, dan kulihat seorang anak yang duduk membelakangiku. Anak itu menolah dan tersenyum.
“aaaaa.......kau.......pergi........” anak itu berteriak dan melototiku, tubuhnya mulai membelah-belah menjadi banyangan hitam yang memenuhi tempat ini. Kuarahkan pandanganku ke pintu tadi sayangnya pintu itu sudah tak ada lagi.
“aaaa.....kau...aaaaa.......pergi......kau...” banyangan-banyangan itu terus berteriak dan membuat gendang telingaku sangat sakit.
“Tolong berhenti,,, aku mohon...telingaku sangat sakit” Aku menangis dan terus memohon.
“Tolong berhenti......” Rasa takut bgitu besar bersarang dihati dan fikiranku. Tapi semakin akau melakukannya mereka terus berteriak semakin kencang. Hingga kesadaranku mulai hilang dan jatuh pingsan.
Tapi dilain tempat!!!
“Ini tempat apaan, Na??” Tanyaku dan mengarahkan tanganku kekiri untuk menyentuh tangan Sena.
“Sena mana??? Na lu dimna??” tanyaku diikuti berteriak memanggil nama Sena, disini tak ada rang lain selain aku sendirian,
Dan apa ini pintu itu tak ada lagi, didepan dan belangku hanya ada jalan yang besar dan dipenuhi dengan pohon-pohon besar menegelilingiku dan setengah menutupi langit. Langkah demi langkah kutelusuri jalanan setapak ini.
Hari telah sore, tapi jam tanganku tidak bergerak padahal ini baru ku beli tadi.
Terlihat 3 arah jalan didepanku, kuputuskan untuk menulusuri jalan yang kiri. Jantungnya mulai terpompa lebih cepat.
“Ahh,,,ada orang juga akhirnya”, aku senang melihat beberapa orang berlalu lalang, tapi sangat aneh rasanya orang-orang itu memandang aneh dan melototiku, kubuang pikiran itu dan ku tanyakan pada salah satu orang disana.
“Pak, mau tanya kalau mau ke jalan raya yang ada angkutan umunya kemana yah??” ku tanyakan pada seorang Bapak yang sedang duduk.
“Telusuri saja jalan ini, dek sampai paling ujung” jawabnya tersenyum tidak seperti orang-orang tadi.
“Dan....jangan...pernah...kembali,,,,lagi..” Bapak itu berteriak begitu menyeramkan dan terjadi perubahan pada wujudnya, wajahnya hitam terbakar hingga tampak bagian dalam wajahnya. Matanya ngelarkan bola mata yang tergantung dengan bagian sarafnyang menahannya.
“AAAAAAAAAAAAAAA”
“ Eh Pak lupa,Makasih ya” Kubalikan badanku dan menyucapkan terimakasih
“Ah dasar bodoh, pake ngucapin terimakasih tapi kan gak sopan jga kalo gk ngucapin!!!” fikiranku terus beradu. Dan kini aku baru sadar orang-orang itu tidak memiliki bayangan, wajahnya pucat dan tidak menyentuh tanah.
“Ta, ke lift yang dipojokan kiri itu yuk”. Tarik Sena menarik tanganku
“ lo fikir....tadi lo yang maksa gua buat kesini, buat Cuma cobain tuh lift” jawabku kesal dengan perilaku sahabatku
“dicobain?? Lu kata sepatu pake dicobain,,, jangan marah tar cepet tua lu”
“iya...iya ayok” ku setujui ajakkannya walau ada rasa takut tapi rasa penasaranku mengalahkan semuanya.
“ Tapi menurut berita katanya kejadian aneh mulai berawal pas kita udah sampai diatas??” tanyaku memastikan
“Gua dengaer sih juga gitu” sambung Sena menjawab pertanyaanku.
Obrolan kami terhenti dengan sampainya kami didepan lift itu.Satu anak tangga..deg..deg...dua anak tangga..deg..deg..deg...tiga anak tangga..deg..deg..deg..deg...Jantung mereka terus berdetak kencang dengan seiringnya mereka menaiki anak tangga lift yang kini tak pernah dioperasikan lagi.
“gua takut” Sena terus mencengkram tangan Dita yang tidak memperdulikan perkataan Sena dan memilih diam dan terus berjalan, walau keringat terus mengucur di tubuh mereka dan diselimuti dengan rasa takut, dengan rasa penasaran mereka memasuki tanpa ada perasaan curiga sedikitpun.
“Yah,,ternyata cuma gudang biasa..gak seru ah”Seruku lega, tapi mengapa tak ada jawaban dari Dita.
“Loh..Ta..Dita..Lu kemana? Jangan bercanda ah gk lucu tau!!!” Aku terus berteriak memanggil Dita.
Kuarahkan pandanganku pada pintu gudang, dan berlari kearahnya.
GUBRAK... Pintu gudang itu tertutup sendiri dan mengunci Sena sendirian disana. Rasa putus asa mulai menghantui dirinya dan ditambah dengan semua benda yang berada digudang mulai menghilang dan merubah menjadi gelap dan berwarna hitam bahkan lantai pun ikut berubah. Ketakutan terus melanda dirinya. Hiks...Hiks
“suara apa itu? Apa ada orang lain selain diriku??” Rasa penasaran membawaku mengikuti suara itu dan fikirannnya mulai tenang. Aku berjalan terus menerus mengikuti suara itu,kini terdengar lebih keras dan jelas. Ku lihat ada pintu disana dan membukanya, saat masuk pintu itu mengunciku seperti pertama tadi. Walau takut!!! Rasa lega mulai merambat di hatiku, dan kulihat seorang anak yang duduk membelakangiku. Anak itu menolah dan tersenyum.
“aaaaa.......kau.......pergi........” anak itu berteriak dan melototiku, tubuhnya mulai membelah-belah menjadi banyangan hitam yang memenuhi tempat ini. Kuarahkan pandanganku ke pintu tadi sayangnya pintu itu sudah tak ada lagi.
“aaaa.....kau...aaaaa.......pergi......kau...” banyangan-banyangan itu terus berteriak dan membuat gendang telingaku sangat sakit.
“Tolong berhenti,,, aku mohon...telingaku sangat sakit” Aku menangis dan terus memohon.
“Tolong berhenti......” Rasa takut bgitu besar bersarang dihati dan fikiranku. Tapi semakin akau melakukannya mereka terus berteriak semakin kencang. Hingga kesadaranku mulai hilang dan jatuh pingsan.
Tapi dilain tempat!!!
“Ini tempat apaan, Na??” Tanyaku dan mengarahkan tanganku kekiri untuk menyentuh tangan Sena.
“Sena mana??? Na lu dimna??” tanyaku diikuti berteriak memanggil nama Sena, disini tak ada rang lain selain aku sendirian,
Dan apa ini pintu itu tak ada lagi, didepan dan belangku hanya ada jalan yang besar dan dipenuhi dengan pohon-pohon besar menegelilingiku dan setengah menutupi langit. Langkah demi langkah kutelusuri jalanan setapak ini.
Hari telah sore, tapi jam tanganku tidak bergerak padahal ini baru ku beli tadi.
Terlihat 3 arah jalan didepanku, kuputuskan untuk menulusuri jalan yang kiri. Jantungnya mulai terpompa lebih cepat.
“Ahh,,,ada orang juga akhirnya”, aku senang melihat beberapa orang berlalu lalang, tapi sangat aneh rasanya orang-orang itu memandang aneh dan melototiku, kubuang pikiran itu dan ku tanyakan pada salah satu orang disana.
“Pak, mau tanya kalau mau ke jalan raya yang ada angkutan umunya kemana yah??” ku tanyakan pada seorang Bapak yang sedang duduk.
“Telusuri saja jalan ini, dek sampai paling ujung” jawabnya tersenyum tidak seperti orang-orang tadi.
“Dan....jangan...pernah...kembali,,,,lagi..” Bapak itu berteriak begitu menyeramkan dan terjadi perubahan pada wujudnya, wajahnya hitam terbakar hingga tampak bagian dalam wajahnya. Matanya ngelarkan bola mata yang tergantung dengan bagian sarafnyang menahannya.
“AAAAAAAAAAAAAAA”
“ Eh Pak lupa,Makasih ya” Kubalikan badanku dan menyucapkan terimakasih
“Ah dasar bodoh, pake ngucapin terimakasih tapi kan gak sopan jga kalo gk ngucapin!!!” fikiranku terus beradu. Dan kini aku baru sadar orang-orang itu tidak memiliki bayangan, wajahnya pucat dan tidak menyentuh tanah.
Aku
terus berlari ketakutan dan kini sampailah aku di ujung jalan tadi, aku
terduduk lelah.
“Maaf, jangan duduk dijalanan de” terdengar suara dari arah belakangku, kutengokan pelan pelan kepalaku kebelakagnga, dan
AAAAAAAA
“Maaf, jangan duduk dijalanan de” terdengar suara dari arah belakangku, kutengokan pelan pelan kepalaku kebelakagnga, dan
AAAAAAAA
“Loh
knapa teriak???” Aku terdiam, kulihat kakinya
“nyentuh tanah, berarti manusia” lega sekali hatiku tenyata aku parno sendiri.
“ Saya tersesat disini” aku tersenyum memandang dia dan teman-temannya.
Ku ceritakan kejadian tadi pada mereka.
“ Ohh,, memang bgitu kak, warga di Desa Indah gk pernah mau ada yang keluar ketika magrib karna katanya ada beberapa jalan gaib gitu kebuka dan menyatu dengan jalan biasa” Ketakutan memuncak mendengarnya.
Kini terlihat dua jalan, ingin rasanya aku ikut mereka.
“Kamu lewat yang kiri nanti akan tembus ke jalan raya kok” katanya padaku. Kuucapakan terimakasih.
Dari kejahuan ku lihat tubuh terbaring dijalanan.
“Duh,,, jangan hantu lagi tuh” gumamku pelan. Ku dekati tubuh itu saat ku lihat wajahnya.
“Hah,,,Sena,,,Na.. bangun??” Kuliha tubuhnya mengalami pergerakan dan ternyata benar dia sahabatku.
“Dita...huwaaaa” Sena menangis memelukku denga erak
“Kenapa lu tinggalin gua tadi??
“Lah bukannya elu, pas gua nengok ternyata lu gak ada disebelah gua”
“Ya udah nanti aja kita bahas, kita jalan sama-sama...!!” samabung ku lagi. Dia mengangguk dan terus memegangi tanganku, bandannya yang tadi gemetar mulai tenang.
Ku telusuri jalan bersamanya, dan terlihat desa disana.
“Haayyy.....kalian ngapain disini??” kami berdua kaget dan reflek melihat kebelakang
“Huh,,,Kirain” jawab Sena lega
“Kita tersesat disini, dek”
“Ohh, ya udah aku anter sampai jalan raya sana ya??” Kami reflek mengangguk. Anak itu sangat cantik dan sepertinya hanya beda beberapa tahun dari kami. Kami terus menulusuri Desa ini, tapi kenapa warga disini, kaki dan tangan buntung dan mengeluakan sarah hingga tercium dihidungku, dan kenapa hanya anak perempuan ini yang noral. Kami terus menunduk ketakutan apalagi ditambah dengan darah yang berceceran dimana-mana termasuk jalan yang kami lalui.
“Kakak..knapa??” Tanyanya melompat ke arah depan kami.
“Ah tidak papa, tadi kenapa warga disini fisiknya terlihat menyermkan tidak seperti kamu” ternyata tanggapan Sena sama sepertiku.
“Ohh,,,maksudnya seperti ini” dia miringkan kepalanya kekiri telihat lucu saat itu.
AAAAAAAAAAAAAA
tiba tiba saja lehernya hampir terputus, ya hampir karna seperti ada urat yang menahannya, dan juga baju yang dipenuhi darah dan tanah, baunya bgitu munusuk. Hingga kami berteriak dan memeluk satu sama lain, dan Sena saat iu menangis dan rasanya aku menangis juga, ingin rasanya saat itu lari tapi tak bisa seperti tepaku ditempat itu.
“Hahaha, kalian manusia memang sangat lucu baru begini saja sudah berteriak, hahaha ” Dia tertawa menertawakan kami dengan suara yang hampir mirip kuntilanak, kuberanikan melihat kearahnya dan kepala juga penampilan kembali seperti semula lagi.
Terlihat Sena mulai terdiam dan ikut mendongakkan kepalanya.
Kami terus barjalan menunduk, bagaimana tidak?? Kami berjalan dengan hantu yang bisa saja merubah penampilannya seperti tadi.
Dia terus menemani kami menelusuri jalan, walau sangat takut,,,ya sangat sangat takut
“Apa sudah sampai??” tanya Sena yang masih terisak karna ketakutan’
“Ya,,sudah sampai tinggal melewati gerbang itu saja” Sungguh senang rasanya. Kami tidak akan bertemu lagi dengan hantu jail sepertinya , kami lewati gerbang itu.
“Kak....” panggil anak itu dan kami menengok
“Termakasih telah berkunjung di dunia gaib kami, hahahaha” Teriaknya keras diertai dengan tawanya yang mengerikan, kami terdiam beberapa saat untuk menyimak
“Apa...??” Kami menoleh satu sama lain. Kami buang fikiran itu karna ini telah berakhir, saat kami melihat ke depan ternyata kami sudah sampai di luar Mall tersebut. Lega rasanya telah pulang.Walau kami selamat rasa takut terus menghantui kami. Mata se,bab, baju lusuh dan kotor itulah keadaan kami sekarang, bahkan orang-orang yang lewat didepan kami terlihat jijik dan aneh memandang kami. Dan setelah mencari beberapa info, beberapa orang yang menaiki lift tersebut kembali dengan tidak bernyawa atau kaki dan tangannya buntung dan ada juga mengalami kegilaan. Soal desa Indah sudah lama desa itu hilang misterius dan juga soal gudang tak pernah ada gudang didalam Mall tersebut. Pengalaman ini akan terus kami ingat dan sebagai pelajaran.
“nyentuh tanah, berarti manusia” lega sekali hatiku tenyata aku parno sendiri.
“ Saya tersesat disini” aku tersenyum memandang dia dan teman-temannya.
Ku ceritakan kejadian tadi pada mereka.
“ Ohh,, memang bgitu kak, warga di Desa Indah gk pernah mau ada yang keluar ketika magrib karna katanya ada beberapa jalan gaib gitu kebuka dan menyatu dengan jalan biasa” Ketakutan memuncak mendengarnya.
Kini terlihat dua jalan, ingin rasanya aku ikut mereka.
“Kamu lewat yang kiri nanti akan tembus ke jalan raya kok” katanya padaku. Kuucapakan terimakasih.
Dari kejahuan ku lihat tubuh terbaring dijalanan.
“Duh,,, jangan hantu lagi tuh” gumamku pelan. Ku dekati tubuh itu saat ku lihat wajahnya.
“Hah,,,Sena,,,Na.. bangun??” Kuliha tubuhnya mengalami pergerakan dan ternyata benar dia sahabatku.
“Dita...huwaaaa” Sena menangis memelukku denga erak
“Kenapa lu tinggalin gua tadi??
“Lah bukannya elu, pas gua nengok ternyata lu gak ada disebelah gua”
“Ya udah nanti aja kita bahas, kita jalan sama-sama...!!” samabung ku lagi. Dia mengangguk dan terus memegangi tanganku, bandannya yang tadi gemetar mulai tenang.
Ku telusuri jalan bersamanya, dan terlihat desa disana.
“Haayyy.....kalian ngapain disini??” kami berdua kaget dan reflek melihat kebelakang
“Huh,,,Kirain” jawab Sena lega
“Kita tersesat disini, dek”
“Ohh, ya udah aku anter sampai jalan raya sana ya??” Kami reflek mengangguk. Anak itu sangat cantik dan sepertinya hanya beda beberapa tahun dari kami. Kami terus menulusuri Desa ini, tapi kenapa warga disini, kaki dan tangan buntung dan mengeluakan sarah hingga tercium dihidungku, dan kenapa hanya anak perempuan ini yang noral. Kami terus menunduk ketakutan apalagi ditambah dengan darah yang berceceran dimana-mana termasuk jalan yang kami lalui.
“Kakak..knapa??” Tanyanya melompat ke arah depan kami.
“Ah tidak papa, tadi kenapa warga disini fisiknya terlihat menyermkan tidak seperti kamu” ternyata tanggapan Sena sama sepertiku.
“Ohh,,,maksudnya seperti ini” dia miringkan kepalanya kekiri telihat lucu saat itu.
AAAAAAAAAAAAAA
tiba tiba saja lehernya hampir terputus, ya hampir karna seperti ada urat yang menahannya, dan juga baju yang dipenuhi darah dan tanah, baunya bgitu munusuk. Hingga kami berteriak dan memeluk satu sama lain, dan Sena saat iu menangis dan rasanya aku menangis juga, ingin rasanya saat itu lari tapi tak bisa seperti tepaku ditempat itu.
“Hahaha, kalian manusia memang sangat lucu baru begini saja sudah berteriak, hahaha ” Dia tertawa menertawakan kami dengan suara yang hampir mirip kuntilanak, kuberanikan melihat kearahnya dan kepala juga penampilan kembali seperti semula lagi.
Terlihat Sena mulai terdiam dan ikut mendongakkan kepalanya.
Kami terus barjalan menunduk, bagaimana tidak?? Kami berjalan dengan hantu yang bisa saja merubah penampilannya seperti tadi.
Dia terus menemani kami menelusuri jalan, walau sangat takut,,,ya sangat sangat takut
“Apa sudah sampai??” tanya Sena yang masih terisak karna ketakutan’
“Ya,,sudah sampai tinggal melewati gerbang itu saja” Sungguh senang rasanya. Kami tidak akan bertemu lagi dengan hantu jail sepertinya , kami lewati gerbang itu.
“Kak....” panggil anak itu dan kami menengok
“Termakasih telah berkunjung di dunia gaib kami, hahahaha” Teriaknya keras diertai dengan tawanya yang mengerikan, kami terdiam beberapa saat untuk menyimak
“Apa...??” Kami menoleh satu sama lain. Kami buang fikiran itu karna ini telah berakhir, saat kami melihat ke depan ternyata kami sudah sampai di luar Mall tersebut. Lega rasanya telah pulang.Walau kami selamat rasa takut terus menghantui kami. Mata se,bab, baju lusuh dan kotor itulah keadaan kami sekarang, bahkan orang-orang yang lewat didepan kami terlihat jijik dan aneh memandang kami. Dan setelah mencari beberapa info, beberapa orang yang menaiki lift tersebut kembali dengan tidak bernyawa atau kaki dan tangannya buntung dan ada juga mengalami kegilaan. Soal desa Indah sudah lama desa itu hilang misterius dan juga soal gudang tak pernah ada gudang didalam Mall tersebut. Pengalaman ini akan terus kami ingat dan sebagai pelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar